Monday 4 November 2013

Talking About Content as Adjective

con·tent 2  (kn-tnt)
adj.

Desiring no more than what one has; satisfied.



Ada perbedaan tipis antara merasa content / puas dengan merasa bahagia. 

Kalau bahagia itu kamu rasain waktu kamu bisa menghabiskan beberapa jam dengan seseorang dalam diam tanpa merasa aneh atau canggung sedikitpun. 
Maka, content itu adalah waktu kamu bisa nemuin seseorang itu.
As if he/she is enough and you are satisfied alr. 

Dan seperti yang kubaca di Quora, ada ciwiwitan dari seorang professional communicator, namanya Jer Grafsgaard, as he described content and happiness a co-exist / bisa berdiri sendiri dengan arti yang independen. 
He said that being content is a sense of satisfaction and peace.
Whereas, happiness is an emotion of elation.

Itu adalah content. Sekarang, seenggaknya kita udah tau apa bedanya content dengan bahagia. 

Kalau kita itu udah susah bahagia, kita bakal lebih susah lagi untuk merasa content.

Mungkin gampangnya sih ya, being content sama being happy itu berbanding lurus. 

Coba deh kalau kamu itu terlahir sebagai anjing. Bahagianya kamu itu palingan ngejar-ngejar tulang, diajak jalan-jalan sama yang empunya, atau ngga waktu perutmu dielus-elus. 
Contentnya kamu? Yah, terlahir menjadi seekor anjing. 

Kalau bagi beberapa ibu, mungkin akan bahagia dengan benda-benda yang udah diberi nama. You know, Prada, Furla, Choos dan lain-lainnya. 

Kadang lucu, ya. Suatu benda akan menjadi lebih menarik saat sudah ada namanya.

Apalagi kalau lagi ada promo yang satu Kate Spade yang harganya bisa 12 juta itu bisa dibawa pulang setengah harga. 

Dang.

It's an elation in a very expensive discounted and bourjois way. 

Nah, padahal perasaan itu pastinya masih kalah dengan pertama kalinya mereka menimang anak mereka. Anak yang bahkan tidak bisa dibentuk fisiknya sesuka hati, walaupun jelek pun tetap aja dibilang indah karena yang dirasakan saat itu bukanlah bahagia. Tetapi content.

Nah, setelah bisa membedakan content sama bahagia, pasti lebih seneng dong sama yang namanya content. 

Dan sebenarnya, to feel content itu pilihan masing-masing orang. Kayak cinta *eaa, perasaan content itu ga bisa dipaksain. Perasaan content itu bukan didapat dari sebuah force dari luar. Semuanya itu dari dalam diri kamu sendiri. 

Why?

Karena to feel content, semua orang punya caranya sendiri dan pastinya berbeda-beda. 

Kok bisa beda? 

Iya, berbeda. Karena ambisi, goal, keinginan dan pengalaman setiap orang itu juga berbeda-beda. 

Contoh :

Untuk merasa content, bagi kaum yang hedon, dibutuhkan sejumlah kartu kredit di dompet, lembaran kertas dosa atau singkatnya duit, bank dan ATM private atau singkatnya bokap-nyokap-tajir, 

dan 2 buah kunci.

Yang satu kunci untuk satu unit beach house di Bridgehampton, N.Y. 

Yang satu lagi kunci untu satu unit Lamborghini Veneno. 

Dilapisi emas asli.

Mati ngga tuh? 

Sedangkan untuk pengemis beranak 3 yang udah ngga makan seminggu sekeluarganya, dapat uang 15rebu rupiah aja udah content. 

See? 

Level contentnya semua orang itu berbeda-beda, yang membuatnya sama itu cuma ambisi setiap orang itu aja. Kenapa ambisi? Kenapa ngga keinginan atau tujuan? Karena ambisi itu kayak mendaki gunung bagi orang yang suka mendaki gunung. Kalau ada satu gunung yang dari dulu udah pengen didaki dan orang itu rela ngorbanin apa aja buat ngedaki gunung itu, maka itu udah termasuk ambisi. Kalau cuma pengen doang mah, effort yang akan dikeluarkan itu ngga akan sebesar ambisi. 
Ambition is somehow deeper in any means compared to a wish. 
Makanya, dalam pemilihan kata, ambisi itu lebih tepat.

The question is, how the *harsh word detected* can I be content?

The answer is quite simple. 

Be thankful of everything you already have,
let go of things you wish you could have,
And cherish things in life.
And the most important thing is, you have to *harsh word detected*ing work for it.

Ah, pasti pada bilang, "basi ah, lea. Tiap hari cuma bisa ngingatin itu doang udah mau ngalah-ngalahin iklan asuransi. Kalau tiap hari kerjaannya begono doang, gue mah bisa."

Yah iyalah, bro. Elo mau sekalian gue cariin pembantu, bokap nyokap tajir, pacar ganteng selevel sama GGS cantik selevel artis Korea, sekalian gue bangunin Candi buat nyembah elo? 

Sorry keceplosan judesnya. Hahah 😅

Well, mau gimana lagi? Yang bisa kubantu di sini cuma nyemangatin selevel di bawah Raisa doang. Semuanya kembali lagi ke kalian, karena as i've said before, being content / to feel content itu pilihan. Ngga bisa dong aku maksain kalian buat ngerasain perasaan terdamai itu. 
Perlu juga digarisbawahi dan pake hashtag kalau perlu di bagian work for it itu. Tanpa itu, susah deh mau ngerasain content. 
Pengemis aja harus panas-panasan ala upacara bendera hari senin seharian buat ngerasa content. Apalagi kalian yang pastinya ambisinya lebih gede. 

Tapi bagaimanapun juga, meskipun basi, cara paling gampang buat ngerasa content itu yah ngerasa thankful. Coba deh lihat sekelilingmu. Lihat pencapaianmu, hitung umurmu, ingat lagi pengalamanmu. Semuanya bisa kamu syukuri, dan somehow, at some point of nostalgia, you'll feel content for everything because you can be thankful about them. 

Coba deh. Ngga rugi kok. 😌

Aight, that's all folks. 

Sorry for my abandoned blog and these ruckus I share.



Sunday 21 July 2013

Damaged Good. Are you?

Hiiiiiii! Let's be frustrated together in 3.. 2.. 1..

Damaged Good. Kita semua pasti punya rahasia. Semacam kejadian paling absurd di masa lalu yang sangat ingin dilupakan, dilenyapkan. Kita semua punya sesuatu yang sudah hancur dalam diri kita, yang nggak bakal bisa dikembalikan lagi dalam bentuk apapun. We are all damaged good.

Sekeras apapun usaha kita untuk menghapus kesalahan itu dari riwayat hidup kita, tetap aja kesalahan itu akan tetap ada menghantui kita. It's like being a divorcee. Ke siapapun kamu meyakinkan diri bahwa kamu sudah lahir baru, tetap aja orang-orang itu tau kalau ada bagian kecil dari dirimu yang sudah tidak sama dan ngga akan balik lagi.

Kadang, meskipun kita diterima dan diinginkan juga guilty-nya itu tetap di kita. Name it paranoid. Tapi kita realistis aja, pastinya bakalan tetap ada selentingan miring nggak enak yang bisa nyentil orang-orang yang dekat sama kita. Apalagi kalau kita hidup di antara orang-orang kepo yang demanding abis, bahkan lebih demanding daripada guru killer yang nagih karya tulis dalam 5 hari pengerjaan. 

Siapapun kita, dari mana kita berasal, kaya, miskin, bangsawan, mantan pecandu, langganan juara kelas, yang terlupakan, yang diidolakan, etc, sebenarnya kita nggak jauh beda dengan onggokan daging yang dilabelin dan disusun rapi berdasarkan mereknya di etalase supermarket yang lagi dipilih-pilih berdasarkan kesegarannya atau kelembutannya (ask your chef). Apapun status kita, sebenarnya juga kita semua tuh sama aja. Semua tergantung dari pandangan orang terhadap merek yang udah tertancap dalam ke diri kita. Dan tentunya dari seberapa menarik kita di hadapan mereka.

Dan bagaimana kalau kamu adalah seonggok daging busuk yang ntah kenapa bisa nangkring di etalase itu?

Bisa bayangkan tatapan semacam apa yang bisa kamu terina dari orang-orang yang lewat?

Dan yang kena efeknya ngga hanya satu. Satu etalase itu juga bakal dapat pandangan buruk dan konsumen kalian bakal berkurang.

Setelah insiden daging busuk itu, mungkin konsumen bisa datang lagi dengan bujukan manis dan ocehan meyakinkan dari penjaga tokonya. Tapi pandangan mereka juga pastinya udah berbeda.

Itulah kita. We're all damaged goods.

Being a damaged good itu ngga pernah enak. Cuma bisa ngandalin "i loved you at your darkest" from Holy Bible aja. So, please lads and gents. When you're facing someone with a bad past, listen, forgive, and forget before you judge.

Monday 13 May 2013

Tugas Cerpen Bahasa Indonesia


Surga yang Tidak Pernah Jauh

Minggu yang kelabu di pemakaman. Para tamu yang berbelasungkawa mulai berpamitan dan saling bertukaran bahasa kalbu sembari menatap iba pada dia yang bergaun hitam dari atas ke bawah. Dia yang hari ini tampak sangat rapuh dalam sepatu hak tingginya, yang terus menitikkan air mata sambil menatap kosong ke peti yang sudah ditutupi tanah berselimutkan kelopak bunga mawar. Hatiku hancur melihatnya seperti itu. Sosoknya yang selama ini kuat sedang absen hari ini dari dirinya. Aku tak bisa menahan diriku untuk mendekatinya dan memeluknya.
                “Kemarin, kita belajar untuk melepaskan. Dan mulai hari ini, kamu harus mulai belajar bahwa surga itu tidak pernah terlalu jauh,” ucapku sambil mengusap puncak kepalanya. Dia menatapku bingung dengan kedua bola matanya yang sebening batu permata yang tergantung di lehernya. Dia hari ini tampak sangat  kacau dan berantakan, tetapi dia tetap berhasil membuatku jatuh cinta lagi padanya untuk kesekian kalinya, meskipun dia tak pernah menyadari itu.
                “Sekarang, dia pasti sudah ada di surga bersama Bapa. Dan kita semua tahu bahwa dia akan selalu ada di dalam hati kita, karena itu kau tidak kehilangan dia. Bahkan sekarang kau akan selalu memilikinya di dalammu. Karena surga itu tidak pernah terlalu jauh. Kau cukup menutup matamu maka, kau akan menemukannya. Jangan sedih lagi, ya,” jelasku padanya. Aku memang tidak pandai merangkai kata-kata untuk menjelaskan apa yang kumaksud. Tetapi aku lega telah berhasil membuatnya tersenyum sebentar yang mungkin merupakan senyum pertamanya hari ini.
“Terima kasih,” ucapnya lalu menutup matanya dan melingkarkan kedua lengannya mengelilingi punggungku. Mungkin dia mengerti apa maksudku. Tak lama kemudian, pegangannya mengendur. Badannya melemas dan aku menahannya sebelum raganya yang rapuh tumbang ke hamparan rumput yang dibasahi embun. Diikuti dengan teriakan beberapa tamu yang dari tadi mengunci pandangan kepadanya yang kini tidak sadarkan diri di dalam lenganku.

Beberapa hari sebelumnya

Elshie Kencana
“Elshie Kencana!” Teriak guru Geografi yang berhasil membuat seisi kelas hening. Dan berhasil membangunkanku dari tidur singkatku yang tidak begitu lelap di atas meja belajar yang penuh dengan coretan contekan ini.
“Coba kamu berdiri dan jelaskan apa perbedaan hulu dan hilir!” Lanjut guru Geografiku yang makin ganas mukanya siap membebaniku dengan hukuman.
‘Sial. Apa yang sudah kulewatkan di sini?’ Batinku. Lalu aku melihat ke arah papan tulis yang berisi suatu gambaran asal hulu dan hilir. Setelah mencoba menebak-nebak jawaban dan meracau ngasal, akhirnya bapak itu membiarkanku duduk lagi diikuti dengan tawa dan ledekan teman-temanku. Untung saja aku jago bacotnya. Kalau ngga, bisa-bisa aku disuruh lari lapangan karena ketahuan tidur di kelas.
“Gila kali kau tidur di pelajaran bapak ini. Kena kan jadinya, hahaha!” Katya, sebangku sialanku mulai berkicau.
“Yah, elu bukannya bantuin bisikin jawabannya malah diam aja kayak kutu, gimana sih!”
“Yah, maaf. Masalahnya yah, Shie, aku juga ngga ngerti hulu yang mana hilir yang mana,” jawab Katya dengan polos.
Memang lucu temanku yang satu ini. Aku yang ketiduran tapi dia yang tidak bisa membedakan hulu dan hilir. Sambil menyalin catatan Katya dan pura-pura menyimak guru Geografi kami, aku menantikan jam istirahatku. Lima belas menit lagi.

Derren Mulana
“Hai! Kok mukamu kayak nggak disetrika, sih? Kusut habis,”
“Oh, jadi sebelum ke sekolah mukamu tuh disetrika dulu, ya? Pantesan gosong gitu,” balas Elshie dengan sarkasmenya yang khas sambil mengerucutkan mulutnya.
“Yah, nggak. Ini gosong gara-gara kemarin habis main ke pantai. Seru banget, deh. Sayang banget kamu kemarin nggak ikutan,” ucapku sambil tertawa ringan. Aku tahu, sebenarnya Elshie kemarin juga mau ikut ke pantai bersama teman-teman yang lain. Tapi seperti biasa, dia tetap menjadi anjing penjaga setia kantor papanya.
Yak, Elshie adalah putri tunggal si pengusaha sukses superhemat yang memimpin dua perusahaan hasil kerjasama dengan Malaysia dan Jerman. Bapak Harris Kencana yang tidak rela mengeluarkan uangnya yang segunung untuk menggaji seorang sekretaris yang akan mengingatkan jam rapatnya dan mengatur semua janjinya sekaligus menjadi satpam kantornya di sore hari. Sang pengusaha pelit itupun memperkerjakan putrinya, si siswi SMA yang baru selesai menjalani MOS (Masa Orientasi Sekolah) menjadi sekretarisnya yang akhirnya menjadi keuntungan di finansial dan mengingat mereka tinggal satu atap sehingga menjadikan Elshie agenda yang bisa dibawa-bawa siang dan malam. Hal semacam ini harus dimaklumi mengingat perusahaan yang bekerjasama dengan negara asing pasti akan merekrut banyak karyawan dari negara asing yang pengurusan imigrasi dan surat-surat kerjanya itu mahal dan merepotkan.
Sudah dua bulan Elshie bekerja dengan papanya dan sudah dua bulan juga sosoknya menghilang ditelan kesibukan. Aku mulai merindukannya yang dulu sering mengajakku membuat kue marmer dan minum teh panas bersama mamanya di rumahnya.
Dan aku juga tahu bahwa kemarin merupakan hari yang sangat buruk bagi gadis mungil yang sedang lesu di depanku ini. Kemarin salah satu karyawan papanya salah memesan jumlah mesin kompresor dan setelah dicek, ternyata Elshie salah menuliskan jumlah mesin yang akan dipesan. Alhasil, papanya marah besar karena kerugiannya mencapai hampir tujuh juta rupiah. Dan tak hanya itu, sepulang dari kantor Elshie juga diomeli mamanya, Govan Kencana. Ibunya yang sedikit bermasalah dengan jantungnya mengomel tentang betapa sibuknya Elshie dan papanya sehingga waktu yang tersedia untuk ibunya sangat minim. Lalu, mungkin karena Elshie sudah kecapaian diomelin di sana sini, Elshie memberontak dan bertengkar dengan mamanya. Dia mengalami ledakan emosi semalam. Segala hal yang selama ini dia pendam dalam-dalam dikeluarkan dalam bentuk air mata. Aku ingat suaranya yang serak melalui telepon semalam setelah dia bertengkar dengan mamanya. Dia menceritakan semuanya padaku tentang betapa ia menyesali segala hal yang ia katakan pada mamanya.
Dan aku juga tahu. Di saat seperti ini, dia bakalan ngidam martabak cokelat kejunya mas Odin di kantin depan sekolah. “Pulang ini kita pergi makan martabak mas Odin, yuk. Mau?” Tanyaku retoris kepadanya.
“Yuk!” Balasnya sambil tersenyum manis. Lebih manis dari cokelat kesukaannya.




Sepulang sekolah
Elshie Kencana
                Berbeda dengan Derren, aku tidak punya banyak teman. Aku tidak punya teman yang bisa kuajak ke mal dan aku bukanlah satu dari para gadis sekolahan yang berkumpul di satu rumah untuk menginap dan mengecat kuku bersama pada malam minggu. Tapi, dengan adanya Derren yang selalu ada 24 jam untukku dan Derren yang bisa kuajak makan ke pinggiran jalan tanpa harus ke hotel dan restoran mewah sudah cukup bagiku. Seperti sekarang ini. Di kantin depan sekolah menikmati martabak kesukaan kami, martabak mas Odin.
                “Kayaknya kamu harus berhenti jadi sekretaris papamu, deh. Kasihan sih mamamu sendirian di rumah. Kasihan juga kamunya sibuk terus jadinya jarang bisa jalan-jalan, kan?” Saran Derren setelah aku menyelesaikan ceritaku tentang bagaimana aku sudah damai dengan papa dan mamaku.
                “Yah, mungkin aku egois. Tapi aku jujur aja lebih senang ngerjain tugasku sekarang. Hitung-hitung, aku bisa belajar. Lagian di rumah aku nggak tahu mau ngapain.”
                “Nah, itu yang mamamu alamin. Mamamu juga nggak bisa ngapa-ngapain kan di rumah? Nggak kasihan, tuh? Kan di rumah kamu bisa nemanin dia daripada sama bapak-bapak di kantor.”
                “Iya, sih. Tapi kan ini buat dia juga. Aku cuma bantu papa dalam beberapa bulan aja, kok. Sekarang papa lagi masa-masa sulit. Biaya buat karyawannya dari Jerman aja sudah habisin berapa. Belum lagi pengurusan imigrasinya. Kalau aku nggak bantu papa, kami nggak akan bisa hidup kayak gini.”
                “Hidup yang seperti apa, Elsh? Bahagiamu itu nggak perlu sampai harus makan makanan mewah setiap hari, kan? Bahagia mamamu juga belum tentu dari mutiara dan permata yang papamu dan kamu kasih, kan? Terus ini bakal sampai kapan, Elsh? Kamu bisa kasihan sama papamu nggak kasihan sama mamamu?”
                Betul. Selama ini aku dan papa memang sepakat akan membelikan mama mutiara dan permata setelah papa sukses nanti dan Derren tahu itu. Kami yakin mama pasti akan bahagia. Tapi, apakah iya?
                “Derren, apaan sih? You made me look like I’m the bad guy when I’m just fulfilling what my parents want me to be. Setelah semua ini selesai, setelah finansial papa stabil, aku juga bakal berhenti kok. Lagian kerjaanku apa sih? Cuma ngingatin rapat aja, kok.”
                “Iya. Selain itu kamu juga absen pulang karyawan, jadi satpam sore, dan penyampai pesan. Itu tugas yang lumayan banyak untukmu. Bahkan karyawan papamu yang digaji kuintansi dan cek pulang lebih dulu daripada kamu yang digaji uang jajan. Bukannya mau menghakimi kamu, tapi kalau sampai kamu dan mamamu berantem kayak semalam, berarti udah ada masalah sama mamamu. Pesanku sih, luangkan aja waktumu lebih banyak untuknya.”
                Aku terdiam. Iya, sih. Kenapa mama semalam bisa sensi karena aku bantu kerjaan papa, ya? Padahal biasanya mama tidak begitu.
                “Elsh, bahagia itu sesederhana pengemis yang mendapatkan selembar uang seribuan di bawah terik matahari. Ngapain dibuat rumit sampai harus menghasilkan banyak uang, permata dan mutiara? Padahal dalam hal-hal sederhana juga kamu udah bisa bahagia. Belajar tuh dari pengemis. Gimana kalau sekarang kamu coba untuk bahagia dalam hal menemani mamamu? Orang yang sudah ngelahirin kamu? Ajak papamu juga. Bahagia itu nggak usah susah-susah cari uang. Mamamu itu gratis loh untuk kamu. Dan bahagia yang berarti itu adalah bisa memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Jangan sampai suatu saat nanti kamu menyesal karena nggak pernah ada untuk mamamu. Uang itu bisa dicari kapan-kapan.”

                Jleb! Nusuk. Semua yang dikatakan Derren benar. Dan aku benar-benar malu karena selama ini aku tampak materialistis di depan dia. Aku juga akhirnya sadar. Selama ini mungkin aku bahagia karena bisa membantu papa menafkahi keluarga. Padahal uang yang kami dapatkan itu bisa kadaluarsa. Tapi kasih sayang dari mama nggak akan kadaluarsa. Kenapa aku baru sadar sekarang? Mungkin di dunia ini, hanya Derren yang paling mengerti aku. Dan seperti yang sudah kubilang dari awal, aku tidak membutuhkan teman-teman yang bisa kuundang ke pesta ulang tahun sweet seventeenth-ku. Punya Derren saja sudah sangat cukup.
                “Nanti mampir ke rumahku, yuk,” ajakku. Mengingat sudah hampir satu bulan Derren tidak pernah ke rumahku karena aku akan langsung ke kantor sepulang sekolah. Tapi masa bodoh. Hari ini aku bolos. Aku rindu membuat kue marmer bersama dengan mama dan Derren.
                “Nggak ke kantor, nih?” Tanya Derren setengah meledek.
                “Bolos.”
                “Aku rindu kue marmer buatan kita,” ucap Derren sambil tertawa ringan. Tawa khasnya yang seakan-akan mengatakan bahwa semuanya akan selalu baik-baik saja. Dan aku sadar, aku juga merindukannya.


                Sorenya, Govan Kencana yang sedang merawat kebun lavender kesayangannya dikejuti dengan kehadiran Elshie dan Derren yang mengajaknya membuat kue marmer bersama. Tentunya, wanita setengah baya itu sangat senang setelah beberapa bulan dikelilingi oleh rasa sepi karena kesibukan suami dan anaknya sendiri. Sore itu berakhir manis dengan kue marmer hangat dan teh panas. Suasana menjadi lengkap saat Harris Kencana segera pulang ke rumah tidak ingin melewatkan pertemuan keluarga yang singkat setelah dikuliahi Derren lewat telepon. Harris juga menyatakan penyesalannya kepada Govan Kencana mengenai betapa sibuknya ia. Harris dan Elshie pun berjanji akan membagi waktu bersama Govan mulai dari saat itu. Hari itu benar-benar manis dan sempurna, semanis kue marmer dan teh panas. Saat jam makan malam, Derren pun pamit pulang. Keluarga Kencana pun bersiap-siap untuk makan bersama di luar. Tetapi, di tengah perjalanan terjadi kecelakaan.
               
Derren Mulana
                “Om Harris! Bagaimana keadaan tante dan Elshie?” Sahutku setengah berlari setelah mendapat kabar dari om Harris bahwa mobil yang ia kendarai ditabrak lori yang menyalip dari arah depan. Om Harris tampak sangat kacau dengan kemeja putihnya yang kini ternodai warna merah gelap, warna darah.
                “Oom tidak tahu, Ren. Kita berdoa saja, ya. Mereka sedang diselamatkan di dalam sana.”
                Aku terdiam. Terdiam oleh ketabahan om Harris. Dan terdiam oleh ketakutan akan kehilangan seseorang yang diam-diam kucintai selama ini. Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya sang dokter keluar dari ruang UGD. Aku tidak akan pernah lupa akan kabar buruk dan kabar baik yang ia berikan detik itu. Kabar yang membuat seseorang harus memilih satu di antara kedua orang yang paling disayangi.
                Tante Govan dan Elshie dikhawatirkan akan meninggal kehabisan darah. Sedangkan jenis darah mereka adalah AB rhesus negatif, golongan darah langka, dan rumah sakit ini tidak ada stok untuk jenis itu. Golongan darah om Harris dan aku adalah B. Kami jelas tidak bisa mendonorkan darah kami. Kami pun hanya bisa menyelamatkan satu di antara mereka dengan mengambil darah yang akan dikorbankan dan menyalurkannya kepada yang akan kami selamatkan. Kami hanya bisa memilih satu di antara dua orang yang kami cintai. Keputusan yang paling berat pun akhirnya tercapai.
Elshie Kencana
                “Kamu sudah bangun?” Tanya Derren lembut. Aku kenal betul dengan suara yang sudah menemaniku keluar-masuk rumah sakit.
                “Tadi kamu pingsan di pemakaman. Kamu nggak apa-apa, kan? Mau aku ambilkan sesuatu?”
                Ah, iya. Aku ingat sekarang. Aku pingsan setelah dua jam mengikuti upacara pemakaman mama. Aku pingsan saat Derren datang dan memecahkan lamunanku dengan peluknya. Dan suaranya yang khas seakan mengatakan semuanya akan selalu baik-baik saja. Dan sekarang aku di tempat yang tidak asing. Tirai abu-abu dan piyama biru bergaris dalam rumah sakit yang menyimpan banyak duka ini.
                Dan aku juga mengingat satu hal. Saat Derren mengatakan aku hanya perlu menutup mataku untuk melihat mama lagi. Aku mengingat itu. Dan saat kututup mataku, aku melihatnya. Dan aku bisa meraihnya dan memeluknya lagi. Aku menceritakan semua hal yang ingin aku lakukan dengannya dan mengatakan bahwa aku menyesal. Sungguh menyesal karena tidak pernah menghargai waktuku bersamanya. Dan mama menatapku. Dia berkata kepadaku bahwa tidak ada yang berakhir di antara kita. Semua baru saja dimulai hanya saja caranya berbeda karena mulai sekarang ia dan aku adalah satu. Ia mengalir dari jantung hingga ke seluruh lapisan tubuhku dan ia akan terus mengalir dan menjaga hidupku. Lalu, ...
                “Ssshh.. sudah berlalu,” ucap Derren yang tiba-tiba saja sudah duduk di pinggir kasurku menghapus air mataku yang tanpa kusadari menuruni pipiku. Derren tahu apa yang aku pikirkan. Derren selalu tahu.
                “Aku melihatnya,” kataku kepada Derren. Derren tersenyum kepadaku.
                “Apa yang dikatakannya?”
                “Dia berkata kepadaku bahwa tidak ada yang berakhir di antara kita. Semua baru saja dimulai hanya saja caranya berbeda karena mulai sekarang ia dan aku adalah satu. Ia mengalir dari jantung hingga ke seluruh lapisan tubuhku dan ia akan terus mengalir dan menjaga hidupku,” lalu aku berhenti. Tidak bisa melanjutkan.
                “Jangan dipaksakan, Elshie.”
                Tidak bisa. Aku harus mengatakannya, “dia berkata, dia bersyukur akan pertengkaran kami waktu itu. Dia bersyukur karena aku dan papa sudah meninggalkannya di rumah sendiri. Dan dia bersyukur kamu sudah menyadarkan kami. Dan dia juga bersyukur akan sisa waktu yang telah diberikan Bapa kepada kita. Dan dia bersyukur bisa menggunakannya sebaik mungkin. Dia juga bersyukur...”
                Aku terdiam dan menangis lagi. Derren meraihku dan memelukku erat.
                “Dia bersyukur sudah menyelamatkanku sehingga dia diterima oleh Bapa di surga. Dan dia bersyukur surga itu tidak pernah terlalu jauh dari kita semua karena surga itu ada di dalam diri kita. Kau benar, Derren. Kau selalu benar.”
                Lalu aku menangis lagi lebih keras. Tapi perasaanku lebih damai. Karena aku tahu mama ada di sini. Selalu ada di sini bersama kami. Dengan Derren yang selalu setia menemaniku, aku pasti bisa melalui semua ini. Aku tidak butuh banyak teman. Punya Derren yang selalu mengerti aku saja sudah cukup. Bahkan lebih dari cukup.
                “Mau martabak mas Odin?” Tanya Derren sambil mengusap ujung kepalaku.
                “Aku mencintaimu, Derren,” ucapku mantap di sela tangisanku. Benar. Aku mencintainya yang selalu ada untukku dalam segala keburukanku. Aku mencintainya yang selalu mengerti hal-hal yang bahkan tak pernah kukatakan padanya. Aku mencintainya yang selalu tahu aku mengidam martabak mas Odin saat aku sedang sedih. Dan aku mencintainya yang selalu memelukku saat aku ketakutan dan tenggelam dalam kesedihan sambil mengusap puncak kepalaku seakan melindungiku dan dengan suaranya yang selalu menenangkan seakan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja.
                “Aku lebih mencintaimu, Elshie Kencana,” balas Derren tulus.


                Dari luar ruangan, Harris Kencana memperbaiki letak kacamatanya. Ia tahu, ia telah memilih keputusan yang tepat. Ia tahu, inilah yang diinginkan mendiang istrinya. Dan ia bersyukur telah mendapatkan kesempatan untuk sadar dari kebodohannya selama ini. Meski hatinya hancur karena kini dia tinggal sendiri, hatinya damai. Karena ia juga tahu, wanita yang paling dicintainya akan selalu tinggal di dalam hatinya.
                “Andaikan ragamu masih di sini, Govan Kencana. Andaikan aku bisa menyaksikan putri kita tumbuh dewasa bersamamu.”
                Harris berdiri dan berniat untuk pergi meninggalkan rumah sakit dan tiba-tiba, semerbak wangi bunga lavender merebak di udara. Harris tersenyum.
                “Aku tahu kau akan selalu bersama kami. Terima kasih, Govan. Kau wanita yang luar biasa,” ucapnya sambil melangkah pergi.

Leanna Leonardo (22)
X.6
                

Tuesday 23 April 2013

The Feeling of Being Unwanted

Pernah ngerasain kayak gitu? Ngerasain kalau kamu itu ga ada siapa-siapa. Ngerasain kehadiranmu itu sangat ngga diinginkan.

Pasti beberapa dari kalian pernah merasa kayak gitu. Setelah diperlakuin kayak gitu, mungkin ada yg bakal galau, nyilet-nyilet tangan. Ada yang bakal membenci orang-orang yang udah membuang mereka kayak gitu. Dan yang mungkin paling sering, bakal ada yang nangis dan putus asa, jadi cengeng gitu.

Tapi apakah dengan bersikap kayak gitu, mereka bakal welcome kamu lagi? Justru dengan bersikap kayak gitu, kamu bakal tampak lemah. Itu malah memberikan mereka akses lebih buat nyakitin kamu.

Jangan pernah membiarkan mereka menjatuhkanmu begitu aja membuatmu tampak lemah dan menjadikanmu sesuatu yang bukan kamu. Bersikaplah di luar dugaan mereka. Smile and fight back. Sikap yang akan membuatmu makin dibenci mereka.Tapi sekaligus sikap yang menunjukkan kalau kamu punya hak yang sama dan harga diri. Bahwa hidupmu nggak akan diperintah dan diatur mereka yang akan membuangmu.

Dan satu hal yang perlu kalian ingat, jangan pernah tampak lemah di depan orang-orang yang udah nyakitin kalian. Yang harus kalian tunjukkan ke mereka bukan air mata. Tapi kalian harus tunjukkan kalau kalian itu bisa bahagia tanpa mereka dan bahwa kalian itu nggak butuh punya teman kayak mereka. Lagian kalian ngga akan mati juga kan tanpa mereka?

Kalian itu berharga. Jangan tampak lemah. Tunjukkan kalau kalian itu punya harga diri. Karena mau gimanapun, kamu selalu punya hak yang sama dengan orang yang ngebuang kamu selama kamu nggak ada salah. Jangan mau aja diinjak-injak kayak cacing. Kalau mereka bisa buang kamu, kamu juga bisa. Sekali lagi tolong dicatat, jangan tampak lemah karena kita semua itu sama berharganya.

Ada yang bilang, leave before you are left and dump before you are dumped. Itu karena kita punya hak untuk ngga sakit hati. Selalu anggap dirimu sebagai manusia yang unik dan kamu ngga butuh mereka yang sudah membuangmu. Jangan pernah merasa kalau kamu masih membutuhkan mereka yang udah nyakitin kamu di dalam kehidupanmu. Biarkan mereka yang membutuhkanmu dengan tetap kuat dan tegar. Tunjukkan bahwa kamu bisa terus hidup tanpa mereka. Dan ketahuilah kalau kamu itu memang lebih kuat dari mereka. Makanya, leave before you are left and dump before you are dumped.

Lagian siapa sih mereka? Mereka ngelahirin lo emangnya? Mereka biayain hidup lo? Kalau nggak yaudah berarti kamu memang masih bisa tetap hidup tanpa mereka. Belajar hidup mandiri. Jangan bergantung sama mereka yang ngga membutuhkanmu dan nginjak-nginjak harga dirimu. Kamu mungkin nggak berharga bagi mereka yang udah nyakitin kamu, tapi di belahan dunia lain, kamu itu berharga.

Meskipun fisikmu lemah, suara dan badanmu kecil, selalu tunjukkan kalau hatimu kuat dan tegar.

Ngga usah mandang fisik. Kita semua itu kuat dengan adanya keberanian dan kemauan untuk berdiri bagi diri kita sendiri.

Mungkin kamu bisa dibully dan dipukul karena kamu ngga mau tunduk sama mereka yang jahat sama kamu. Kamu bisa dibenci dan digosipin seluruh dunia karena kamu ngga mau tunduk sama mereka yang suka bully kamu. Tapi mendingan mati dengan Tuhan yang maha tau kalau kita itu ngga pernah salah daripada membiarkan mereka nginjak-nginjak harga diri kita.

From now on, start a rebel. Klarifikasi kalau kamu itu berharga. Dan kita semua tau kamu bisa mendapatkan yang lebih daripada yang pernah kamu dapatkan selama ini. Kamu bisa mendapatkan teman-teman yang menghargaimu. Dan kamu kuat untuk meninggalkan mereka yang tidak membuthkanmu dan udah pernah nyakitin kamu.

Stand for your own. Because if you don't, no one is going to do it for you.

Tuesday 2 April 2013

Creativity Overloaaaaad

Hi Again.

Tumben ya lagi rajin nge-post, kali ini aku ga bakall ngomongin hal-hal yang serius kok, hihi.
Di post ini cuma mau share hobiku aja. Hobiku ini hobi kebanyakan anak TK. Anak TK akan melampiaskan hobi ini di dinding rumah, sedangkan aku melampiaskan hobi ini di atas kertas. Dan hobi itu adalah ...

Jeng jeng! "Gambar-gambar" :3

Tuh kan hobinya biasa-biasa aja. Tapi selama liburan itulah yang kulakuin buat ngilangin bosan. Dan ini adalah 2 hasil gambarku yang cukup sukses. Check it! ;)


Sketch pertama, sok sok aja sih bikin typography. Nah, gambar bunga-bunga itu ngewakilin kalimat di sampingnya. Gambarnya itu susah dan malesin tapi akhirnya bagus deh. Just like your life. It's hardand full of struggle but still, it's beautiful.

Close up nya di bawah :D


Terus ini yang kedua. Tengkorak burung hantu. Ini yang belum jadinya. 

Yang udah jadinya :




Sebenernya sketsa tengkorak burung hantu ini ngga berarti apa-apa. Hanya lagi belajar bikin 3D ajee.

Sebenarnya msih ada 4 sketsa, tapi lagi ngga di aku, jadinya nyusul yaaa.


Selain "Gambar-gambar", "Jahit-jahit" juga seru nih buatku. Dan saking membosankannya liburan, aku juga udah menghasilkan satu kotak pensil dari kain flanel. Simple dan amatir banget, tapi yah, akhirnya jadi. 

Ini bahan mentahnya :


Pas depannya udah jadi :



Jadi dehhh :



Nah, itu deh hasil dari unlimited boredom selama liburan. Dan sebenernya bukannya aku jago loh bikin hal-hal kayak di atas. Tapi cuma dengan niat, kamu juga bisa bikin yang lebih baik dari apa yang sudah ada kok. Yang kamu butuhin cuma niat, deh pokoknya. ;)

Quote of the day : 


Thanks for the visit! :3

Saturday 30 March 2013

Nostalgia

Hi. It's really been a while.

Udah berapa lama deh ga post apa-apa.
So, this is it! Happy Reading and Be Inspired!

How's life treating you lately, readers?
Well, for me it's driving me crazy. LOL. Gimana ngga. Akhir-akhir ini susah tidur. Liat aja! Bentar lagi juga aku bisa berubah wujud kali ya jadi kelelawar. Saingan jaga malam sama yang lagi poskamling. But still, bless my sanity aku belum memutuskan untuk minum panadol banyak-banyak seperti yang disarankan temenku Japut beberapa hari yang lalu.

Gak apa. Tau ga sih? Ga tidur semalaman itu ngga masalah. Kecuali kalau kita ga tidur karena harus ngerjain sesuatu. Dan parahnya lagi kalau ternyata yang harus kita kerjain itu soal-soal fisika  ...

Mau hobi juga orang normal ga bakal mau ngerjain soal-soal fisika gantiin jam tidur. Like seriously.

Untung aku belum sampai tahap itu. Bless my sanity.

Jadi, akhir-akhir ini aku kayaknya udah lupa cara tidur cepat atau lebih tepatnya cara tidur.sebelum jam 3 pagi. Dan udah amnesia banget tentang cara bangun sebelum jam 12 siang. Alarm yang udah kusetel jadi bunyi di 8 jam yang berbeda aja ngga bakal mempan buat bangunin aku. Kebo banget, ya.

Nah, apa sih yang dirimu lakukan waktu ga bisa tidur gitu? Pada umumnya orang-orang normal akan mengalami pesta memori di dalam otak mereka waktu menjelang tidur. Semacam proyeksi yang akhirnya akan berganti menjadi mimpi. Pesta memori itu datang tanpa bisa kita cegah, loh. Biasanya pesta memori itu disebut nostalgia.

Nah, itu jugalah yang udah kualamin secara terpaksa selama beberapa hari ini. Pesta memori itu berlangsung dari saat aku nyoba buat tidur sampai akhirnya ketiduran. Dan selama beberapa hari ini, tidur itu susah. Jadi nostalgia itu terjadi berjam-jam di otakku.

Agak lucu nih, nostalgia yang hantuin aku selama beberapa hari ini akhirnya jadi nyambung sampai ke mimpi. Nyebelin dan nyeremin deh. Rasanya kayak what you've been dreading to do next dalam moment yang sudah berlalu dan kamu nostalgiakan itu hanya bisa terwujudkan di mimpi. Karena moment-moment itu sudah terlewatkan. Rese, ya.

Beberapa moment yang sudah rusak dan ga bisa diperbaiki lagi juga kadang nyambung ke mimpi. Dan paginya, kita cuma bisa nyeselin apa yang udah terjadi. Yah habisnya gimana? Udah lewat dan hilang.

Contohnya kayak nostalgiaku semalam. Mikirin tentang kejadian some months ago, sebuah lomba debat pertama yang aku ikutin. Duude. I was so happy to be chosen. Aku udah ngorbanin banyak hal buat berusaha semaksimal mungkin. Tapi akhirnya malah kalah. Ngecewain diri sendiri dan mungkin beberapa orang. Atau mungkin banyak? Ntahlah.

Mereka bilang aku udah melakukan yang terbaik yang aku bisa. Is that it? Jadi hasil terbaikku cuma segitu? Makin pahit aje ngenangnya. Dan intinya adalah, semua sudah terjadi. Ga ada yang bisa kulakuin buat balik ke hari aku lomba dan perbaiki semua kesalahanku. Sounds cengeng, ya? Tapi yah gitu. Mungkin aku udah boleh download lagu-lagu Celine Dion yang galaunya membahana itu, ye? Ntahlah.

Tapi mau gimanapun, lebih nyesek kalau kamu punya sesuatu penting yang mau diomongin sama seseorang yang udah lama tiada. Ngga tersampaikan gitu. Bikin nyeselnya berkali-kali. Kenapa ngga kamu sampaikan pas masih sempat?
*lips are sealed yah about this one

Dan nostalgia tentang masa kejayaanmu yang tak akan terulang sepersis-persisnya. Di mana saat adanya regenerasi, tempatmu dan some awards you used to have pun akan berpindah ke tangan orang lain. Kamu berusaha menjadi tak tergantikan tapi kamu saingan sama berapa orang sih di dunia ini? Ini membuatmu sadar kalau di dunia ini ga ada yang irreplaceable. If you do think that there is one, check your sanity my dear. Stop being so attractively naive.

Selalu akan ada pengganti. Ngga akan pernah sama memang tapi tetap aja akan tergantikan.
Dan semua itulah yang membuat semua moment berharga. Di mana kita berusaha membuat moment itu tak tergantikan tapi akhirnya life goes on. Moment-moment itu ngalir deras kayak air tanpa mengetuk pintu dulu. Ya iyalah. Sejak kapan juga air punya tangan buat ngetuk pintu.

Take note of this. This is sad but true, we can only live in present. The past will be gone and the future can never be revealed. Nyebelin tapi ini realita hidup.

Dan jangan nyesel juga karena kita terpaksa hidup di reality. Why do you wish to live in fairytale, anyway? Fairytale is fake. Kalau kamu cuma mau hidup di fairytale, berarti kamu ga bakal ngerasain apa-apa dong. Karena fairytale itu hanya sesuatu yang semu dan diciptakan sesuai dengan keinginan orang. Kayak fatamorgana, kibas-kibas aja hilang.

If you want to have a happily ever after like fairytale, make one lah. Tapi di reality. Lah habisnya kan elo nya hidup di reality.

Yah gitu deh. Pokoknya life goes on. Moment yang lewat hilir mudik gitu aja ngga selalu bisa kita simpan dalam memori card. Makanya apapun yang kamu punya sekarang, hargain habis-habisan. Because we can only live in present, my dear.

Kayak post paling pertamaku tentang Tetris itu juga deh. Tentang moment yang selalu kita hargain di saat-saat terakhir. Makin kamu naik level, balok-balok itu turun makin cepat. Nanti nggak sadar tiba-tiba aja kamu udah mau lulus sma dan have to get used to farewell. Dan waktu-waktu terakhir itulah kamu baru bisa sadar kalau kamu udah ngelewatin dan telat buat ngehargain banyak moment yang bisa jadi moment paling berharga di dalam hidupmu.

Dan jangan terlalu banyak bernostalgia. it makes you weak. ;)

Okay, that's all folks. Thanks a bunch udah baca post yang agak cengeng ini. Tee-hee. :3

Leanna Leonardo